Pages

Selasa, 03 Mei 2011

PERJALANAN HAJI RASULULLAH


“Khudzuu `annii manaasikakum”

Artinya: Ambillah dariku pelaksanaan manasik hajimu.

Demikian sabda Rasullulah Shalallahu ‘alaihi wassalam kepada para sahabat dan umat islam pada umumnya. Cara ibadah haji Rasullulah shalallahu ‘alaihi wassalam itu sudah barang tentu merupakan tuntunan paling afdal bagi umat islam dalam melaksanakan ibadah haji. Jabir bin Abdullah Radhiyallahu’anhu dalam haditsnya, berkata :

“Ketika Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wassalam melakukan haji, para sahabat termasuk kami sendiri ikut berhaji bersama beliau. Kami bersama Rasulullah shalallahu ‘alaihiwassalam meninggalkan Madinah dan mengambil miqat di Bir Ali (Zulhulaifah).”

Dengan memakai pakaian “ihram” dalam perjalanan di Zulhulaifah (Bir Ali), beliau dan rombongan bertemu Asma binti Umais yang baru saja melahirkan putrinya. Kemudian, Muhammad bin Abu Bakar menyuruhnya menayakan kepada Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wassalam apa yang harus dilakukan seseorang yang baru melahirkan bayinya. Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wassalam memerintahkan Asma binti Umais mandi dan memakai pakaian kembali ihramnya.

Setelah shalat di masjid setempat, Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wassalam menaiki unta kemudian menuju tempat dekat masjid yang bernama Al-Baida`. Di sinilah Rasulullah shalallahu ‘alaihi wassalam mulai membaca talbiyah dengan suara keras dan diikuti yang lainnya:

لبيك عمرة، لبيك اللهم لبيك، لبيك لا شريك لك لبيك، إن الحمد والنعمة لك والملك لا شريك لك

“Aku sambut panggilanMu untuk menunaikan ibadah umrah. Aku sambut panggilanmu, ya Allah, aku sambut panggilanMu. Aku sambut panggilanMu, tiada sekutu bagiMu, aku sambut panggilanMu. Sesungguhnya segala puji, kenikmatan dan kerajaan adalah milikMu, tiada sekutu bagiMu.”

Nabi hanya berniat untuk “Haji”, karena belum mengetahui tentang ibadah “Umrah”, sebagaiman haditsnya:

Waktu itu, kami hanya niat haji, sebab kami belum tahu tentang umrah”

Setelah melalui perjalanan jauh Madinah-Mekah, kami sampai ke Ka`bah. Pada waktu itu sebelum memulai tawaf, Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam memegang dan mencium Hajar Aswad. Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam berjalan cepat (raml) pada tiga putaran pertama dan setelah itu berjalan biasa (masyi). Setelah tewaf beliau pergi ke Makam Ibrahim serta membaca surat Al-Baqarah ayat 125 :

وَإِذۡ جَعَلۡنَا ٱلۡبَيۡتَ مَثَابَةً۬ لِّلنَّاسِ وَأَمۡنً۬ا وَٱتَّخِذُواْ مِن مَّقَامِ إِبۡرَٲهِـۧمَ مُصَلًّ۬ى‌ۖ وَعَهِدۡنَآ إِلَىٰٓ إِبۡرَٲهِـۧمَ وَإِسۡمَـٰعِيلَ أَن طَهِّرَا بَيۡتِىَ لِلطَّآٮِٕفِينَ وَٱلۡعَـٰكِفِينَ وَٱلرُّڪَّعِ ٱلسُّجُودِ 

“Dan (ingatlah), ketika kami menjadikan rumah itu (Baitullah) tempat berkumpul bagi manusia dan tempat yang aman. dan jadikanlah sebahagian maqam Ibrahim tempat shalat. dan Telah kami perintahkan kepada Ibrahim dan Ismail: “Bersihkanlah rumah-Ku untuk orang-orang yang thawaf, yang i’tikaf, yang ruku’ dan yang sujud.”

Kemudian Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wassalam melakukan shalat sunat dua rakaat di antra Makam Ibrahim dan Ka`bah, pada rakaat pertama membaca surat Al-Kafirum dan rakaat kedua Al-Ikhlas. Sesudah salam, Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam kembali lagi ke rukun Hajar Aswad dan mengusap seta menciumnya, lalu keluar menuju Bukit Shafa untuk Sa`i. Begitu mendekatai Bukit Shafa, Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wassalam membaca surat Al-Baqarah ayat 158.

إِنَّ ٱلصَّفَا وَٱلۡمَرۡوَةَ مِن شَعَآٮِٕرِ ٱللَّهِ‌ۖ فَمَنۡ حَجَّ ٱلۡبَيۡتَ أَوِ ٱعۡتَمَرَ فَلَا جُنَاحَ عَلَيۡهِ أَن يَطَّوَّفَ بِهِمَا‌ۚ وَمَن تَطَوَّعَ خَيۡرً۬ا فَإِنَّ ٱللَّهَ شَاكِرٌ عَلِيمٌ 

Artinya: “Bahwasanya Shafa dan Marwah sebagian dari tanda-tanda keagungan agama Allah. Barang siapa yang beribadah haji dan umrah, tidak ada salahnya kalau ia berlari-lari(Sa`i) antara kedua tempat itu. Dan barang siapa yang berbuat kebaikan maka sesungguhnya Allah Maha Pembalas Budi dan Maha Mengetahui.”

Selanjutnya Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wassalam memulai Sa`i dari Bukit Shafa, yang dari ketinggian dapat melihat Ka`bah. Dengan menghadap kiblat beliau bertakbir tiga kali dan membaca doa:

“Laa ilaaha illallaahu wahdahu laa syariika lah. Lahul mulku walahul hamdu yuhyii wayumiitu wa huwa `alaa kulli syai`in qadiir. Laa ilaaha illallaahu wahdah anjaza wa`dahu wa nashara `abdahu wa hazamal ahzaaba wahdah.”

Artinya: “Tiada Tuhan selain Allah, yang Maha Esa. Tiada sekutu bagi-Nya. Milik-Nyalah kerajaan(kekuasaan) dan segala pujian. Dia Mahakuasa atas segala sesuatu. Tiada Tuhan selain Allah, satu-satunya yang Maha menepati janji-Nya dan menolong para hamba-Nya dan menghancurkan musuh-musuh-Nya sendirian.”

Setelah itu Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wassalam turun dari bukit Shafa ke Marwah dan setibanya di “Bathnul Waadi”(Daerah tersebut sekarang ditandai dengan dua lampu ne0n hijau), beliau melakukan Sa`i dengan cepat sampai ke bagian yang agak naik (disunatkan jalan cepat bagi jamaah pria). Selanjutnya beliau berjalan biasa sampai ke Bukit Marwah dan di atas bukit itu belau menghadap kiblat dan bertakbir seta membaca doa seperti yang beliau lakukan di Bukit Shafa. Demikian Rasulullah shalallahu ‘alaihi wassalam melakukan Sa`i dari Bukit Shafa ke Bukit Marwah bolak-balik sebanyak tujuh kali, kemudian Rasulullah shalallahu ‘alaihi wassalam bersabda kepada para sahabat yang ikut Sa`i:

“Kalau seandainya kuhadapi persoalan (ini) seperti yang pernah kuhadapi dahulu, niscaya aku tidak akan membawa binatang qurban, dan akan kujadikan ibadah ini sebagai umrah. Oleh karena itu, siapa di antra kamu yang tidak membawa qurban, hendaklah tahallul, dan jadikan ibadahmu itu sebagai umrah.”

Sahabat Surqah bin Malik bertanya:

“Wahai Rasul, apakah seperti ini (umrah di bulan haji) khusus untuk tahun sekarang ini saja atau untuk selamanya?”

Nabi Menjawab:

“Umrah telah masuk dalam haji dua kali…..Tidak! Hal ini untuk seterusnya.”

Selama empat hari Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wassalam berada di Mekah untuk menyelesaikan Tawaf dan Sa`i bersama istridan para sahabat. Berarti Rasulullah shalallahu ‘alaihi wassalam telah melakukan sebagian Haji Ifrad bersama seratus lebih para sahabat, sedang yang lainnya atas petunjuk Rasulullah shalallahu ‘alaihi wassalam melakukan Haji Tamattu.

Pada Hari Tarwiyah, tanggal 8 Zulhijah tahun 10H dengan berihram untuk haji, Rasulullah shalallahu ‘alaihi wassalam ikut para sahabat meninggalkan Mekah menuju Mina dengan mengendarai unta bernama Al-Qaswa selama satu hari satu malam. Setiba di Mina Rasulullah shalallahu ‘alaihi wassalam mengerjakan shalat zuhur, ashar, magrib, isya, dan subuh, kemudian istirahat sambil menunggu matahari terbit.

Setelah shalat subuh Rasulullah shalallahu ‘alaihi wassalam menunggu sebentar hingga matahari terbit, lalu beliau memerintahkan para sahabat membentangkan kemah di Namirah, dekat Arafah. Pagi itu yang bertepatan dengan Hari Arafah(9 Zulhijah tahun 10 H) Rasulullah shalallahu ‘alaihi wassalam meninggalkan Mina menuju Arafah. Dalam perjalanan Rasulullah shalallahu ‘alaihi wassalam berhenti atau berdiri di Muzdalifah seperti yang biasa dikerjakan orang-orang Quraisy pada zaman jahiliyah.

Rasulullah shalallahu ‘alaihi wassalam tidak langsung masuk Arafah, akan tetapi tinggal beberapa saat di Namirah, yaitu sebuah kemah hingga beberapa waktu wukuf(Matahari Tergelincir), lalu Rasulullah shalallahu ‘alaihi wassalam berangkat dengan mengendarai Al-Qaswaf ke lembah Waadi Aranah(Bathnul Waadi) di dekat Arafah. Di tempat ini Rasulullah shalallahu ‘alaihi wassalam menyampaikan khotbah Wada. selesai kotbah, Rasulullah shalallahu ‘alaihi wassalam bertanya:

‘Apakah kalian mempunyai pertanyaan tentang sesuatu dariku? Sekarang apa yang hendak kalian katakan? katakanlah!”

Mereka menjawab:

“Kami menyasikan bahwa engkau telah menyampaikan, menunaikan, dan menasehati kami.”

Berkatalah Rasulullah shalallahu ‘alaihi wassalam sambil mengangkat jari telunjuk ke arah langit, menunjuk ke hadapan orang banyak”:

“Allaahummasyhad” 3x

(Ya Allah, Ya Tuhanku, saksikanlah ini!)”

Setelah itu Rasulullah shalallahu ‘alaihi wassalam menyuruh Bilal untuk melakukan azan, karena waktu shalat zuhur tiba. Pada saat inilah Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam melaksanakan shalat Jama taqdim, yaitu shalat ashar dikerjakan pada waktu zuhur dengan dua iqamat. Beliau tidak shalat apapun antara dua shalat tersebut. Seusai shalat, Rasulullah shalallahu ‘alaihi wassalam menaiki unta Al-Qsawaf menuju tempat wukuf di tengah-tengah Arafah di kaki(bukit) Jabal Rahmah. Disinilah Rasulullah wukuf sambil menghadap kiblat, berdoa, dan berzikir yang terus dilakukan hingga matahari terbenam.

Setelah wukuf, Rasulullah meninggalkan Arafah menuju Muzdalifah. Begitu Shalallahu ‘alaihi wassalam menarik tali kendali unta Al`Qaswa, beliau mengangkat tangan kanan untuk memberikan isyarat berangkat, sambil bersabda:

“As-Saakinah, as-saakinah! (Hai manusia, tenanglah, tenanglah.)”

Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wassalam berkata demikian karena melihat para sahabat berebut agar lebih cepat meninggalkan Arafah menuju Mina. Setibanya di Muzdalifah, sebuah lembah Muhassir sebelah barat dan Al`Ma`zamin sebelah timur, Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam melakukan shalat jama ta`hir maghrib dan isya dengan satu azan, dua iqamat dan tidak shalat sunah apa pun di antara keduanya. Selesai menjalankan shalat jama, Rasulullah shalallahu ‘alaihi wassalam bermalam sampai terbit fajar untuk mempersiapkan tenaga menjelang pelaksanaan pelemparan jumrah di Mina. Seusai shalat subuh, beliau dengan mengendarai Al-Qaswa bergerak menuju Mina. Di tengah perjalanan, persisnya di suatu tempat yang disebut Al-Masy`aril Haram (Sebuah bukit terletak di perbatasan Muzdalifah), Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam berhenti dan menghadap kiblat lalu berdoa dan bertakbir:

“Allaahu akbaru laa ilaaha illallaahu wadhahu laa syariiika lah.”

Sebelum matahari terbit pada hari yang sama, Rasulullah shalallahu ‘alaihi wassalam tiba dan berhenti di Muhassir, Mina. Dari tempat ini akan lebih dekat untuk melontarkan Jumrah Aqabah, yang dalam hadits disebut “Jumrah `indasy-syajarah”, karena dahulu di sana ada sebuah pohon shingga disebut “jumrah dekat pohon” . Di situlah dahulu pasukan gajah Raja Abrahah terkapar karena serangan burung ababil.

Selesai Rasulullah shalallahu ‘alaihi wassalam melontarJumrah Aqabah, Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam pergi ke tempat pemotongan qurban yang letaknya tidak jauh dari jamarat tersebut. Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam mengorbankan Seratus ekor unta yang 63 ekor di antaranya disembelih sendiri oleh beliau, sedangkan 37 ekor di antaranya di serahakan ke kepada Ali bin Abu Thalib. Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam lalu menyuruh para sahabat mengambil sepotong daging dari setiap qurban unta yang dibawa Ali dari Yaman itu. Selesai melaksanakan pemotongan qurban, Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam kemudian mengendarai untanya dan meninggalkan Mina menuju masjidil Haram, Makkah, untuk melaksanakan Tawaf Ifadhah yang juga disebut Tawaf rukun, karena merupakan bagian dari Rukun Haji yang tidak boleh ditinggalkan.

Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wassalam melakukan shalat zuhur di Masjidil Haram kemudian mendatangi dan dijamu minum oleh bani Abdul Muththalib yang mengurus air Zam-zam.

0 komentar:

Posting Komentar